Okay I’m not gonna lie here.
Saya mau membagi cerita kenangan indah saya lainnya, tapi kali ini lagi-lagi tentang cowok. Lebih spesifik lagi mereka adalah cowok Jepang. Mungkin bagi beberapa dari kalian sudah bosan, karena saya bicaranya tentang Jepang terus. Tapi saya suka, dan saya rasa saya ingin bagi-bagi cerita ke orang-orang yang juga tertarik dengan topik saya kali ini.
Jadi, bagi kalian yang suka dengan negara Jepang, pasti pernah dengar dong yang namanya IKEMEN. Ikemen itu sebetulnya kependekan dari iketeru man, kurang lebih artinya adalah cowok yang cool. Post sebelumnya saya sudah menjelaskan ciri-ciri ikemen menurut saya sendiri, jadi mungkin kalau ada yang punya ciri-ciri yang belum saya sebutkan tadi yah mungkin perbedaan persepsi saja.
Ikemen di negara asalnya, apalagi di kota Tokyo, itu adalah hal yang biasa. Kamu bisa lihat ikemen dari subuh sampai tengah malam di pojok-pojok kota Tokyo. Tiap spot di Tokyo tuh pasti ada ikemen, dari yang muda sampai yang tua kalian bisa bertemu mereka. Waaah, bagi saya yang suka dengan muka oriental Jepang, bagaikan langit ke tujuh! Setiap hari saya ditampol sama ikemen asli sana, oh my God, gak apa-apaah, saya relaaa! Hahaha. Hari terakhir saya berada di Tokyo, jujur saya mencoba untuk puasin diri sendiri dengan muka-muka mereka yang bikin segerrrrrr adem ayem kepingin di bopong satu atau dua atau semuanya. Pas sampai di Jakarta, rasanya saya belum pernah melihat muka ikemen di sini. Ikemen di Bali banyak, tapi sayang bawa pasangan… ea. Saya penasaran, ikemen ini ada gak sih di Jakarta?
Nah, kali ini saya ingin membahas kenangan saya bertemu lelaki Jepang di Jakarta!
Bersama partner saya lagi, Juwita, mencoba peruntungan kulik mengulik tentang ikemen di Jakarta. Juwita dapat kabar dari temannya kalau mau lihat orang Jepang kumpul, sangat banyak di salah satu mall di Sudirman. Jeng jeng jeng… Yah tanpa pikir panjang lagi, karena yang paling dekat dengan Sudirman adalah Juwita, maka Juwi mencoba cek sendiri ke sana langsung. Hasilnya…
Betulan banyak! Hahahahaha. Tahu gak, Juwi habis itu langsung kasih report ke saya tentang banyaknya ikemen yang lalu lalang di dalam mall itu. Padahal menurut saya mallnya kecil, dan di dalamnya ya cuma ada tenant restoran saja. Saya ingat report pertama Juwi adalah ketika menemukan ikemen di Papaya, supermarket asal Jepang. Juwi sempat share foto hasil candidnya ke saya. Hahaha! Terdengar seperti stalker ya! Tapi jujur saja, kami bukan stalker. Kami hanya mengagumi wajah oriental Jepang sambil berharap kalau suatu hari nanti kami bisa bilang ke mereka kalau kami mau jadi pacar mereka menyukai wajah mereka yang sangat ikemen.
Setelah kejadian itu, beberapa kali Juwi sempat mampir ke mall tersebut hanya untuk refreshing jika suntuk sama kerjaan. Terkadang Juwi juga mencoba untuk membuat berita di mall tersebut, tapi yah apa daya… konsentrasi sis gan, pecah belahh! Aduhai amboi karena wajah-wajah ikemen yang berseliweran di mall tersebut sangatlah banyak.
Saya yang waktu itu hanya bisa menelan cerita Juwi, sangat antusias sekali untuk ke sana melihat situasi. Akhirnya… modal bolos kerja hari Sabtu (jangan ditiru), saya memutuskan untuk pergi ke sana. Padahal keesokan harinya saya ada tes JLPT lho, haha. Ceritanya ini refreshing. Tadinya sempat kepikiran untuk menjadikan hari itu sebagai latihan berbicara bahasa Jepang dengan berpura-pura menubrukkan diri ke salah satu atau dua atau banyak ikemen untuk sekedar mencari muka bertegur sapa.
Mallnya kecil sekali menurut saya, dan isinya full dengan restoran-restoran Jepang dari mulai Ramen, Sushi, Yakiniku, dan lain sebagainya. Mall tersebut punya dua entrance, sisi depan dan sisi samping. Saya waktu itu menunggu Juwi di Jco dekat entrance samping. Hal ini juga dilakukan atas saran dari Juwi bahwa para ikemen banyak yang masuk dari entrance sisi samping hahaha (niat banget). Dan seiring waktu berjalan, saya mulai berpikir bahwa saya rela menunggu lama di tempat ini huahaha.
Satu demi satu ikemen lewat. Ikemen pulang kerja… Ikemen berkeluarga… Ikemen libur weekend… Ikemen pulang nge-gym… Ikemen…
Serius! Ha ha ha ha. Akhirnya saya bisa lihat lagi wajah oriental mereka! Rasanya mau saya bopong satu untuk di bawa pulang kerumah kenalin ibu bapak buat ajarin bahasa Jepang. Wajah mereka tuh unik kali ya, jadi suka. Gaya mereka berpakaian itu… man, ganteng imut banget deh. Saya paling suka kalau mereka pakai pakaian kusut-kusut rapi dan menjinjing tas!
Tak lama kemudian Juwi datang. Lengkap rasanya berbagi kebahagiaan melampiaskan penat dan suntuk kerjaan dengan melihat para ikemen ini. Saya dan Juwi berkeliling mall (keliling juga sebentar banget karena mallnya kecil), mencoba melihat-lihat apa saja ikemen toko yang tersedia. Sempat makan di salah satu restoran Jepang dan mencoba mochi eskrim rasa matcha. Yum!!! Matcha-nya Jepang sekali!!! Saya suka!!!

Kemudian detik-detik terakhir saya berada di sana, saya dikejutkan oleh seseorang.
(Ingin share foto di sini tapi sepertinya ketahuan banget ya freak-nya)
Di Papaya, saya lihat ikemen bertubuh tinggi tegap sedikit berisi. Penampilannya rapih sekali, dan yang mengejutkan adalah… ikemen ini ikemen tipe anak proyek. Ikemen yang istilahnya saya banget lah! Dia memakai sepatu proyek warna coklat! Aah!!! Tapi sayang hanya bisa dipandang, tak bisa dimiliki… ibarat baju sepatu tas di etalase toko. Cocok banget idaman laki-laki seorang Cita tuh seperti ini. Waktu lihat dia, wkwk, deg-degan bro. Ya mungkin karena, kaget dan ini pertama kalinya lihat ikemen level dewa (yang umurnya kira-kira mungkin akhir 20an) di depan mata. Ingin menyapa, tapi… ah, sudahlah dinikmati saja. いい思い出!
Bodohnya di situ.
Sepulang dari situ, sumpah menyesal dengan amat tidak mencoba menyapa!
Hhh, ikemen. Kenapa kalian ini hanya bisa saya pandangi? Why didn’t I try to at least say hi first? I mean, if that is what I want… Why did I have to just sit and stare! Really. I need to pluck up my courage the next time I saw one of you and just say hi! That’s it.
Semoga.
Semoga bukan wacana, maksudnya.
Ikemen Jakarta, tunggu saya!!!