Sudah pernah membaca post terakhir saya tentang pengakuan cinta ke Band Galileo Galilei? Kira-kira lima bulan yang lalu saya masih bermimpi untuk bertemu dengan Yuuki Ozaki, Hitoshi Sakou, dan Kazuki Ozaki. Ternyata, alhamdulillah, tidak di sangka-sangka di tanggal 11 Oktober 2016 mimpi saya terwujud.
***
16 Agustus 2016, 7.57 pagi
‘Kak, gimana klo kita berangkat aja yuk ke Jepang, nonton GG. Aku kepikiran ????????’
Rasanya pagi buta dapat pesan Instagram ini pada waktu itu bagai petir di siang bolong, super ngagetin.
Namanya Juwita. Saya kenal Juwita dari jejaring sosial Instagram (@juwitatrisna). Jujur, saya rasa saya belum pernah sebelumnya berkenalan lewat Instagram. Dulu saya memang sudah punya instagram, tapi saya hapus. Kali ini saya buat lagi akun Instagram baru, dengan satu alasan: Galileo Galilei. Di salah satu album Instagram saya, ada satu foto saya sedang membuka isi paket CD/DVD Best Album Galileo Galilei Sharin no Jiku. Dari situlah jalinan pertemanan kita berawal. Juwita kirim pesan ke akun Instagram saya menanyakan perihal bagaimana cara membeli Best Album GG Sharin no Jiku.
Rasanya senang sekaliii, super duper senang ketika ada yang bertanya tentang GG. Kalau boleh dibilang, saya juga kepingin cari teman sharing GG bareng waktu itu dengan rusuh nyampah di Official Ig GG dan membernya haha. Singkat cerita, waktu itu masih bulan Juli ketika Juwita bertanya tentang prosedur pembelian CD GG. Setelah itu beberapa minggu kemudian, dia mengirim pesan kembali berkata bahwa CD GG miliknya sudah sampai dengan selamat dan saya yakin rasa senangnya bukan main (buka bungkus paket aja sampai gemetar tangan ini…). Nah, ketika itu saya sempat mengajak Juwita untuk menonton last live konser Galileo Galilei di Nippon Budoukan. Tapi entah kenapa topik tersebut hilang begitu saja hehehe mungkin sama-sama sedang sibuk ya.
Selasa pagi tanggal 16 Agustus saya dibuat kaget setengah mati pas sampai kantor dengan pesan di akun Instagram saya dari Juwita. Senang, gak percaya, agak sedih, excited, mood berubah seketika itu juga. Setelah berpikir matang-matang, akhirnya saya mengiyakan ajakan Juwita untuk cabut ke Jepang nonton GG.
‘Ih, gw beneran bakal nonton Galileo Galilei!’
‘Nanti kalo gw di tengah jalan ketemu salah satu personelnya, gimana ya? Nangis atau justru teriak-teriak ya?’
‘Aaaaaaaaaaaaaa!’
Setelah berkhayal banyak, saya langsung buru-buru cek semua hal-hal yang harus disiapkan untuk keberangkatan saya menjemput Galileo Galilei. Juwita menyarankan kalau kita harus bagi tugas supaya lebih cepat selesai. Akhirnya saya kebagian untuk mencari akomodasi dan tiket konser.
Ketika mau beli tiket konser ini saya teringat salah satu post ikemen Jepang namanya R*****. Dulu saya pernah kepo tentang last live GG, ketemulah R***** dengan gambar tiket konser last live miliknya dan satu orang gebetan temannya di Instagram. Saat itu juga saya kontak R*****, berharap dapat bala bantuan dari negeri asal karena ternyata tiket konser itu tidak bisa dibeli dari luar negeri. Untuk beli tiket konser GG waktu itu harus mencantumkan nomor telepon dari negara asal Jepang. Dengan alasan itu, saya mengemis meminta tolong R***** supaya pakai nomor teleponnya. Sesi curhat: jadi, sebelum bicara tentang nomor hp ini doi balasnya kilat banget. Giliran pas bicara tentang harus memasukkan nomor hp area Jepang, balasnya langsung besoknya ha ha ha. Mungkin dia sadar itu adalah kode-kode cinta biar pakai nomor hpnya dia. Finally! R***** balas dan memberikan nomor hp secara cuma-cuma! Thank God!!! Thank you, R*****!
Setelah itu lanjut ke akomodasi. Saya memakai jasa Booking.com untuk book akomodasi selama nanti di Tokyo. Di situs tersebut gak pakai acara book dengan CC atau semacamnya. Jadi, seluruh pembayaran dilakukan di Jepang nanti.
Setelah semuanya selesai hanya tinggal menunggu hari, tiba-tiba Juwita menang suatu lomba yang mengharuskannya terbang ke Montreal, Canada. Wah! Sebagai seorang teman yang baru saja kenal, saya senang! Senang karena dari sekian banyak orang yang ikut perlombaan ini, Juwita jadi pemenang utama, lho! Teman baru saya ternyata orang yang hebat, lho! Beberapa saat setelah Juwita memenangkan perlombaan itu, dia mengirim pesan berkata bahwa dia punya kabar untuk saya. Di situ Juwita bilang bahwa dia akan berangkat ke Montreal tanggal 25 September 2016, kira-kira 2 minggu sebelum kami berdua jalan ke Jepang.
Wah!
Sudah pasti kaget, apalagi Juwita sempat bilang kalau dia belum tahu mengenai jadwal pulang apakah tanggal 30 September atau bisa jadi tanggal 5 Oktober. Iya, tanggal 5 Oktober dari Montreal, sampai di Jakarta tanggal 7 Oktober. Berarti Juwita hanya punya 2 hari untuk persiapan ke Jepang! Gila! Saya lekas wanti-wanti Juwita supaya lebih menjaga kesehatan, banyak istirahat, dan minum air putih serta vitamin. Pada akhirnya Juwita kembali ke Tanah Air Indonesia tanggal 7 Oktober.
Tanggal 9 Oktober pagi buta sekitar jam 3 kami berangkat dari kos Juwita menuju Bandara Soetta. Perasaan saya waktu itu campur aduk. Saya ingat, ketika di mobil menuju Soetta saya membayangkan tiba di Bandara Haneda dengan rasa yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Saya ingat, ketika saya di pesawat dari Bandara KLIA II menuju Bandara Haneda saya pernah menggelengkan kepala penuh antusias dengan menutup mata sambil tersenyum lebar. Gila, ya. Saya ingat, persis, bagaimana rasanya ketika langkah pertama saya keluar dari pesawat di Bandara Haneda masih pada tanggal 9 Oktober tengah malam.

‘Akhirnya. Akhirnya gw mendarat dengan cantik di Jepang, negara yang dulu cuma bisa gw catat jadi negara pertama yang harus gw kunjungi. Akhirnya gw ada di satu negara yang sama dengan Galileo Galilei. Halo, semua, gw di Jepang.’ (berkata dalam hati sambil senyum-senyum melewati lorong di Bandara Haneda untuk melakukan proses imigrasi).
Dan sampai juga pada hari H, alias tanggal 11 Oktober 2016, alias hari konser Last Live Galileo Galilei at Nippon Budoukan. Ketika itu kami sampai di Stasiun Kudanshita sekitar pukul 5 sore. Dengan semangat yang membara, kami keluar dari bawah tanah dan seketika itu melihat banyak sekali pemuda-pemudi yang memakai atribut Galileo Galilei. Ada yang memakai tote bag GG, t-shirt GG, face towel GG, bahkan jaket GG! Ah! Pikiran saya penuh dengan GG!
‘Woah! Di Jepang penggemar GG ternyata banyak banget! Ada gak ya yang nonton konser mereka dari Indonesia selain kami berdua?’
‘Eh, kok, itu pakai jaket? Dia juga bawa totebag GG! Terus, itu juga ada handuk GG! Pin! Gantungan kunci! Duh! Habis gak ya? Habis gak ya? Please, jangan dulu, ya…’
‘Wah, kami berdua dilirik kanan kiri. Mungkin karena kami berhijab. Eh, ada yang bilang ‘sugoi’ sambil lirik kami berdua! Ah! Kacau, bahagia!’
Kalap. Kalappp banget lihat souvenir GG yang berhamburan di tenda di depan Nippon Budoukan. Dengan berat hati saya hanya membeli kaos, face towel, dan tote bag. Freaking expensive! Tapi, you know what, this is like once in a lifetime. Selama budget masih terkontrol, saya rasa ini sepadan. Saya sudah jauh-jauh ke Jepang untuk menonton konser GG, masa tidak ada barang kenangannya yang dibawa dari konser. Jadi, saya cukup puas dengan membeli ketiga barang tersebut.

Sebelum masuk, entah gimana tiba-tiba saya lihat di ujung tangga masuk ada bapak-bapak perawakan seperti seseorang yang saya pernah lihat. Dia menoleh ke arah saya dan Juwita dibarengi oleh dua kepala lainnya. Jeng jeng! Bapaknya Ozaki bersaudara!!!
‘Mimpi apa gw semalam!!! Ya Allah, terima kasih!!! Betulan gak sangka! Ada Yukihiko Ozaki-san, Takami Ozaki-san, dan Miho Ozaki-san! Aaaaah dunia serasa milik kami sehari!’
Tidak ada sedikitpun keraguan ketika ingin mendekati mereka dan meminta foto selfie bareng. Dan ternyata ketika kami bertiga mendekati mereka, mereka ramah banget! Mereka sambil senyum bilang boleh, boleh foto bareng kok! Ah! Bahagia itu bisa datang hanya dari senyuman lebar macam mereka ini! Sayangnya, hasil fotonya agak kabur karena mungkin tangan saya gemetar saking senangnya. Sumpah!

Setelah menunggu kira-kira satu jam, pukul 18.30 sore waktu setempat, konser akhirnya dimulai. Sebelumnya, kami sempat sedih karena tempat kami yang nun jauh di mato ujung atas mengharuskan kami untuk berdiri, bukan seat yang literally seat ada tempat duduknya. Tapi kalau dipikir-pikir, dapat tempat dudukpun sepertinya gak cocok banget ya di dalam konser. Ternyata betul! Kami gak jadi sedih karena kami bisa lebih bebas jingkrak-jingkrakan di atas ketimbang di seat area yang dempet-dempetan dan cuma bisa fist pumping.
Dari kejauhan, kami yang berada di standing seat Nippon Budoukan jauh di atas sana akhirnya melihat tiga titik mungil berada di atas stage.
‘Yuuki Ozaki, Hitoshi Sakou, Kazuki Ozaki. Finally.’ (Ini kalimat pertama saya yang keluar ketika saya melihat mereka bertiga di atas panggung)
‘Akhirnya bukan hanya lewat headset aja, bukan hanya lewat speaker laptop dan smartphone aja, tapi langsung dari Galileo Galilei sendiri. Akhirnya gw ketemu mereka. Akhirnya gw satu tempat sama mereka. Akhir yang syahdu!’ (Ini kalimat ketika lagu pertama ‘Climber’ dibawakan di atas panggung)

Saya dan Juwita, sudah pasti, bahagia lahir batin. Bisa dibilang, waktu itu adalah dua setengah jam yang tak terlupakan. Ii omoide. Kami jingkrak-jingkrak, kami tertawa, kami berlinang air mata, kami bernyanyi, kami menyambut dan melepas GG di waktu yang sama. Sampai-sampai pemuda-pemudi di sekitar kami melihat kami dengan tatapan ‘what the–‘, tapi who cares? Saya ingin menikmati detik-detik terakhir saya bercinta dengan musik GG langsung. Ohya, sebelah saya bahkan membawa teropong, lho! Karena saking jauhnya, mereka sampai hanya terlihat seperti tiga titik kecil saja.
Lalu di mana ada perjumpaan, di situ pula harus ada perpisahan. あ!いい思い出。

That was the hardest HELLOGOODBYE for us.
Ketika layar di belakang panggung menampilkan tanda tangan ketiga member Galileo Galilei, ketika itu pula kami tahu kalau ini sudah berakhir. Yah, sumpah sedih banget. Konser Last Live Galileo Galilei berakhir sudah! Rasanya gak rela, gak rela secepat ini!
Yang saya lakukan ketika itu adalah mencoba mengambil gambar yang banyak, supaya bisa diingat-ingat ketika nanti sudah keluar dari Nippon Budokan. Saya gak mau lupa sama tempat ini, detailnya, kiri dan kanan saya waktu itu ada apa, belakang saya ada apa, semuanya. Walaupun saya gak bisa foto dengan Ozaki bersaudara dan Hitoshi Sakou, saya ikhlas, mungkin di lain hari bisa bertemu gak sengaja di jalan raya di kota Wakkanai.
Setelah puas berfoto-foto, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari Nippon Budoukan dan ide gila untuk mewawancarai GG akhirnya keluar. Apa daya, setelah menunggu sekitar 15 menit, petugas bilang GG sibuk banget, jadi yang bersangkutan tidak bisa diwawancarai. Tapi Juwita memberikan kartu nama kepada petugas tersebut berharap sampai ke tangan GG, haha. Nah, lantai satu dekat pintu keluar itu kami lagi-lagi melihat keluarga Ozaki sedang menunggu seseorang, kami asumsikan mereka sedang menunggu member GG.
Ketika kami keluar gedung, jujur, dari hati saya waktu itu, saya sedih banget. Kalau bukan karena kereta ada jam terakhirnya, saya gak mau beranjak dari situ sampai kira-kira sudah gak sedih lagi. Ketika keluar, saya ingat saya dapat pamflet yang berisi informasi DVD BluRay konser GG yang akan launching di bulan Januari nanti. Setelah itu kami melipir ke tangga turun dan di situ pula saya melihat kiri kanan saya banyak sekali yang sampai meneteskan air mata. Di depan saya ketika konser sedang berlangsung bahkan sampai sesenggukan, sesekali mengelap air mata sambil terus fist pumping. Saya gak mau lupain kejadian ini.

Terus saya jadi ingat, saya pernah bilang begini intinya: ‘kalau nanti saya bertemu dengan GG, apa yang bakal saya lakukan ya? Teriak-teriak atau menangis seperti kebanyakan fans lainnya?’. Dan ternyata, kedua hal tersebut memang saya lakukan (walaupun gak menangis kejer, cuma setetes dua tetes, langsung hilang karena pas sedang konser jadi gak kelihatan). Kebanyakan selama konser berlangsung saya tersenyum dan tertawa sesekali menutup mata mencoba merekam suara-suara lembutnya Yuuki, sambil dancing gila-gilaan bukan hanya fist pumping semata.
Dan setelah itu kami pulang dengan hati yang setengah kosong karena ditinggal Galileo Galilei pergi…
Mungkin akan penuh kembali ketika kami kembali berkunjung menemui mereka di Wakkanai.
Dan kali itu ketika saya berada di Wakkanai, saya mau tinggalin pesan di Control Tower-nya GG buat mereka. Habis itu saya mau ke rumahnya GG, mau lihat garasinya. Mau ke tempat yang pernah GG kunjungi di Wakkanai. Mau kasih confession letter saya ke GG. Mau mengisi kembali setengah jiwa saya yang GG bawa kabur secepat kilat.
Jadi, sampai kita berjumpa untuk kedua kalinya nanti, GG.